Archive for 2013
#Rainbow after rain♥♥
Setiap orang mengharapkan yang terbaik.
Tapi jangan lupa, Memikirkan yang terburuk juga penting. ^_^
"Baiklah, tunggu sebentar ya mbak".
Kepala Naira mengangguk sambil tak lupa sebuah senyum bertengger di bibirnya sebagai tanggapan ucapan dari pelayan yang ada dihadapannya.
Berhubung perutnya sudah terlalu lapar ia membatalkan niatnya untuk makan di rumah. Sehingga beginilah jadinya. Ia terdampar di sebuah kaffe langganannya baru - baru ini. Terhitung sejak ia mengenal...
Tapi jangan lupa, Memikirkan yang terburuk juga penting. ^_^
"Baiklah, tunggu sebentar ya mbak".
Kepala Naira mengangguk sambil tak lupa sebuah senyum bertengger di bibirnya sebagai tanggapan ucapan dari pelayan yang ada dihadapannya.
Berhubung perutnya sudah terlalu lapar ia membatalkan niatnya untuk makan di rumah. Sehingga beginilah jadinya. Ia terdampar di sebuah kaffe langganannya baru - baru ini. Terhitung sejak ia mengenal...
"Steven?" gumam Naira lirih saat
matanya tanpa sengaja mendapati sosok yang duduk sendirian
sambil.menatap kosong kearah luar di salah satu meja pojok di kaffe itu.
"Ah sepertinya kebetulan ini masih terus berlanjut"sambungnya lagi.
Berniat untuk langsung menghampiri, Naira justru malah dibuat terpaku saat mendapati ada sosok lain yang sudah terlebih dahulu menghampiri steven. Senyum di bibir Naira juga berlahan memudar saat melihat sebuah senyum di wajah steven yang selama ini paling ia sukai tapi tidak tau sejak kapan menjadi hal yang paling ia benci ketika ia tau kalau senyum itu ditujukan untuk wanita lain. Bukan dirinya.
"Maaf ya Steven. Aku kelamaan ya?. Sory, aku nggak nyangka kalau ditoilet juga bisa antri" kata Stela dengan tampang bersalah karena telah membuat pria itu duduk menunggunya sendirian.
"Nggak papa kok. Nyantai aja lagi" ujar steven tulus sambil tersenyum menenangkan.
"Ya udah kalau gitu kita pergi sekarang yuk. Yah aku tau si kalau kamu itu direktur. Tapi kalau menghabiskan jam makan siang kelamaan itu bukan hal yang baik. Apalagi kalau sampai ditiru oleh bawahan".
"Ah, kamu bisa aja. Kalau begitu,ayo ku antar kau pulang".
"Tidak perlu. Aku pulang naik taxi aja. Kau bisa langsung pulang kekantor. Dan terima kasih untuk traktiran makan siangnya".
"Aku akan kekantor setelah memastikan bahwa kau menginjakan kaki dirumahmu dengan selamat. Lagi pula tidak ada sejarahnya seorang wanita yang jalan dengan ku harus pulang sendirian".
"Wow,benar benar terdengar gentelman. Ah pantas saja kau bisa membuatku jatuh cinta" puji stela setengah bercanda. Sementara steven hanya tersenyum simpul menanggapinya. Setelah terlebih dahulu membayar pesanan mereka keduanya segera berlalu tanpa menyadari keterpakuan Nadira yang masih belum mengalihkan pandangan sampai keduanya benar benar menghilang dari pandangan.
"Maaf mbak karena harus menunggu, ini pesanannya. Selamat menikmati".
Sapaan pelayan kaffe menyadarkan Naira dari lamunannya.
"Oh,iya mbak. Ma kasih" balas Naira masih mencoba tersenyum sopan.
Di tatapnya makanan yang kini berada dihadapannya. Mendadak ia merasa sama sekali tidak bernapsu. Rasa lapar yang sedari tadi ia rasa telah menguap begitu saja di gantikan rasa nyesek ia diam - diam merayapi hatinya.
Dengan sebuah headset yang terpasang di kedua telinganya Naira menatap kosong jalanan. Sudah lebih dari seminggu ia tidak melihat wajah Steven terhitung saat ia melihat Steven makan di kaffe langganan mereka. Yang membuatnya bingung adalah pria itu sama sekali tidak menghubunginya. Membuatnya bertanya -tanya kesalahan apa yang telah ia buat.
"Kenapa duduk sendirian?".
"Eh".
Dengan segera Naira melepaskan headset dari telinganya. Merasa sedikit tidak percaya saat mendapati Steven ada di sampingnnya. Hei, ia tidak sedang berhalusinasi kan?.
"Bagaimana kabar mu?" tanya Steven lagi saat Naira masih tidak mengelurakan jawaban.
"Baik" Balas Naira singkat.
Mendadak ia merasa canggung atau mungkin..... Marah????.
"Ngomong - ngomong sudah lama aku tidak melihatmu"
"Hmm" Naira mengangguk membenarkan. Masih tanpa menoleh. Matanya masih menatap lurus kedepan.
"Apa aku melakukan salah padamu?".
Refleks, Naira menoleh.
"Kenapa?".
"Sikapmu aneh?".
Untuk sejenak Naira mentatap lurus kearah Mata Steven yang kini juga sedang menatapnya. Sebelum kemudian ia menunduk dan tersenyum sinis.
"Nggak kebalik?" Gumam Naira lirih.
"Apa?" Kening Steven Tampak berkerut heran. Disaat bersamaan sebuah bus berhenti di hadapan mereka.
"Tapi sebenarnya sedari tadi aku duduk di sini menunggu bus. Jadi berhubung busnya sudah datang, Maaf aku harus pergi duluan".
Naira segera beranjak menuju pintu bus, namun belum sempat ia melangkah sebuah tangan sudah terlebih dahulu mencekal tangannya.
"Aku bisa mengantarmu pulang".
"Nggak perlu. Ma kasih" Tolak Naira Namun Steven sama sekali tidak melepasakan gengamannya.
"Tapi aku...".
"Kalau kau pikir dengan tidak mengantarku pulang itu bukan gayamu saat mengajak wanita manapun untuk jalan bersama harusnya tidak perlu kau fikirkan. Karena saat ini kau tidak sedang mengajakku. Kita hanya 'Kebetulan' bertemu. Jadi kau tidak berkewajiban untuk itu".
Mendengar kalimat dingin yang Naira lontarkan sontak Gengamannya terlepas. Dan sebelum mulutnya sempat terbukan untuk menanyakan kejelasan maksutnya Naira sudah terlebih dahulu berlalu. Masuk kedalam bus bersama penumpang lainnya. Meninggalkan sejuta tanya di kepala Steven.
Turun dari halte Naira segera melangkah menuju kerumahnya. Pikirannya melayang memikirkan kejadian tadi. Sedikit perasaan menyesal terbersit di hatinya. Ia juga bingung sendiri kenapa tadi ia bisa bersikap seperti itu. Secara kalau di pikir - pikir lagi memangnya dia kenapa?. Bahkan sejujurnya ia sendiri juga tidak memiliki alasan untuk marah bukan?.
Apa karena Steven memperlakukan orang lain sama sepertinya?. Atau justru karena Dirinya di perlakukan oleh Steven sama seperti yang lainnya?. Ntahlah, ia juga tidak tau apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Memangnya siapa dia sehingga harus mendapatkan perlakuan istimewa.
Pikiran itu membuatnya diam - diam menyadari suatu hal, Mejadi bukan siapa - siapa ternyata menyakitkan *Ungkapan Ati!!! XD
"Hufh... Cape.." Gumam Naira lirih sambil membuka kunci pintu pagar rumahnya.
"Kalau memang cape kenapa tadi menolak untuk diantar oleh ku?".
Refleks Naira menoleh, Keningnya berkerut samar sambil menatap kaget sosok yang berdiri tak jauh di sampingnya sambil bersandar di mobil dengan kedua tangan berada dalam saku celananya.
"Kau mengikutiku?!" Tembak Naira langsung.
"Tidak".
"Lantas kenapa kau bisa berada disini?".
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau pulang dengan selamat".
Naira mencibir sinis saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Steven barusan. Bagaimana tidak, ucapan itu kan justru malah mengingatkannya pada kejadian di kaffe kemaren. huuuuuu.
"Hei, apa kau benenan marah padaku?" tanya Steven saat mendapati Naira mengabaikannya dan justru malah dengan santai masuk kedalam rumahnya.
"Memangnya aku punya alasan apa untuk marah padamu?" Tanya Naira balik.
"Justru itu yang ingin ku tau" Balas Steven cepat. "Atau kau memang sudah mengetahuinya?" Sambung Steven Lirih nyaris tidak mendengar.
"Maksutmu?" Tanya Naira sambil berbalik.
Tapi steven justru terdiam. Mulutnya seakan terkunci rapat. Membuat Naira merasa jengah dan kembali berbalik kerumah.
"Maaf. Aku benar - benar minta maaf".
Suara lirih Steven menghentikan langkahnya.
"Untuk?" tanya Naira tanpa berbalik.
"Semuanya...".
Naira masih terdiam tanpa berbalik, menanti kelanjutan ucapan Steven yang masih belum ia ketahui arah dan maksutnya. Maaf?. Memangnya untuk apa?.
"Dan yang paling terpenting, Maaf, karena telah membiarkan jantung kakakmu. Seseorang yang paling kau sayangi, Seseorang yang kepergiannya paling tidak kau inginkan dalam hidup, untuk berdetak didalam tubuhku".
Dan detik itu juga Naira merasakan bahwa dunianya ...... Gelap!....
"As always" Gumamnya lirih. Sangat lirih....
To be continue lagi ya...
May be, tinggal dua atau tiga part lagi ending deh. Secara Part Endingnya cuma tinggal ngepos doank.....
Si irma aja juga udah baca no.... Bener gak oma.... Xi xi xi... Akhir kata, see you in next part ya.....
Bye bye
"Ah sepertinya kebetulan ini masih terus berlanjut"sambungnya lagi.
Berniat untuk langsung menghampiri, Naira justru malah dibuat terpaku saat mendapati ada sosok lain yang sudah terlebih dahulu menghampiri steven. Senyum di bibir Naira juga berlahan memudar saat melihat sebuah senyum di wajah steven yang selama ini paling ia sukai tapi tidak tau sejak kapan menjadi hal yang paling ia benci ketika ia tau kalau senyum itu ditujukan untuk wanita lain. Bukan dirinya.
"Maaf ya Steven. Aku kelamaan ya?. Sory, aku nggak nyangka kalau ditoilet juga bisa antri" kata Stela dengan tampang bersalah karena telah membuat pria itu duduk menunggunya sendirian.
"Nggak papa kok. Nyantai aja lagi" ujar steven tulus sambil tersenyum menenangkan.
"Ya udah kalau gitu kita pergi sekarang yuk. Yah aku tau si kalau kamu itu direktur. Tapi kalau menghabiskan jam makan siang kelamaan itu bukan hal yang baik. Apalagi kalau sampai ditiru oleh bawahan".
"Ah, kamu bisa aja. Kalau begitu,ayo ku antar kau pulang".
"Tidak perlu. Aku pulang naik taxi aja. Kau bisa langsung pulang kekantor. Dan terima kasih untuk traktiran makan siangnya".
"Aku akan kekantor setelah memastikan bahwa kau menginjakan kaki dirumahmu dengan selamat. Lagi pula tidak ada sejarahnya seorang wanita yang jalan dengan ku harus pulang sendirian".
"Wow,benar benar terdengar gentelman. Ah pantas saja kau bisa membuatku jatuh cinta" puji stela setengah bercanda. Sementara steven hanya tersenyum simpul menanggapinya. Setelah terlebih dahulu membayar pesanan mereka keduanya segera berlalu tanpa menyadari keterpakuan Nadira yang masih belum mengalihkan pandangan sampai keduanya benar benar menghilang dari pandangan.
"Maaf mbak karena harus menunggu, ini pesanannya. Selamat menikmati".
Sapaan pelayan kaffe menyadarkan Naira dari lamunannya.
"Oh,iya mbak. Ma kasih" balas Naira masih mencoba tersenyum sopan.
Di tatapnya makanan yang kini berada dihadapannya. Mendadak ia merasa sama sekali tidak bernapsu. Rasa lapar yang sedari tadi ia rasa telah menguap begitu saja di gantikan rasa nyesek ia diam - diam merayapi hatinya.
Dengan sebuah headset yang terpasang di kedua telinganya Naira menatap kosong jalanan. Sudah lebih dari seminggu ia tidak melihat wajah Steven terhitung saat ia melihat Steven makan di kaffe langganan mereka. Yang membuatnya bingung adalah pria itu sama sekali tidak menghubunginya. Membuatnya bertanya -tanya kesalahan apa yang telah ia buat.
"Kenapa duduk sendirian?".
"Eh".
Dengan segera Naira melepaskan headset dari telinganya. Merasa sedikit tidak percaya saat mendapati Steven ada di sampingnnya. Hei, ia tidak sedang berhalusinasi kan?.
"Bagaimana kabar mu?" tanya Steven lagi saat Naira masih tidak mengelurakan jawaban.
"Baik" Balas Naira singkat.
Mendadak ia merasa canggung atau mungkin..... Marah????.
"Ngomong - ngomong sudah lama aku tidak melihatmu"
"Hmm" Naira mengangguk membenarkan. Masih tanpa menoleh. Matanya masih menatap lurus kedepan.
"Apa aku melakukan salah padamu?".
Refleks, Naira menoleh.
"Kenapa?".
"Sikapmu aneh?".
Untuk sejenak Naira mentatap lurus kearah Mata Steven yang kini juga sedang menatapnya. Sebelum kemudian ia menunduk dan tersenyum sinis.
"Nggak kebalik?" Gumam Naira lirih.
"Apa?" Kening Steven Tampak berkerut heran. Disaat bersamaan sebuah bus berhenti di hadapan mereka.
"Tapi sebenarnya sedari tadi aku duduk di sini menunggu bus. Jadi berhubung busnya sudah datang, Maaf aku harus pergi duluan".
Naira segera beranjak menuju pintu bus, namun belum sempat ia melangkah sebuah tangan sudah terlebih dahulu mencekal tangannya.
"Aku bisa mengantarmu pulang".
"Nggak perlu. Ma kasih" Tolak Naira Namun Steven sama sekali tidak melepasakan gengamannya.
"Tapi aku...".
"Kalau kau pikir dengan tidak mengantarku pulang itu bukan gayamu saat mengajak wanita manapun untuk jalan bersama harusnya tidak perlu kau fikirkan. Karena saat ini kau tidak sedang mengajakku. Kita hanya 'Kebetulan' bertemu. Jadi kau tidak berkewajiban untuk itu".
Mendengar kalimat dingin yang Naira lontarkan sontak Gengamannya terlepas. Dan sebelum mulutnya sempat terbukan untuk menanyakan kejelasan maksutnya Naira sudah terlebih dahulu berlalu. Masuk kedalam bus bersama penumpang lainnya. Meninggalkan sejuta tanya di kepala Steven.
Turun dari halte Naira segera melangkah menuju kerumahnya. Pikirannya melayang memikirkan kejadian tadi. Sedikit perasaan menyesal terbersit di hatinya. Ia juga bingung sendiri kenapa tadi ia bisa bersikap seperti itu. Secara kalau di pikir - pikir lagi memangnya dia kenapa?. Bahkan sejujurnya ia sendiri juga tidak memiliki alasan untuk marah bukan?.
Apa karena Steven memperlakukan orang lain sama sepertinya?. Atau justru karena Dirinya di perlakukan oleh Steven sama seperti yang lainnya?. Ntahlah, ia juga tidak tau apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Memangnya siapa dia sehingga harus mendapatkan perlakuan istimewa.
Pikiran itu membuatnya diam - diam menyadari suatu hal, Mejadi bukan siapa - siapa ternyata menyakitkan *Ungkapan Ati!!! XD
"Hufh... Cape.." Gumam Naira lirih sambil membuka kunci pintu pagar rumahnya.
"Kalau memang cape kenapa tadi menolak untuk diantar oleh ku?".
Refleks Naira menoleh, Keningnya berkerut samar sambil menatap kaget sosok yang berdiri tak jauh di sampingnya sambil bersandar di mobil dengan kedua tangan berada dalam saku celananya.
"Kau mengikutiku?!" Tembak Naira langsung.
"Tidak".
"Lantas kenapa kau bisa berada disini?".
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau pulang dengan selamat".
Naira mencibir sinis saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Steven barusan. Bagaimana tidak, ucapan itu kan justru malah mengingatkannya pada kejadian di kaffe kemaren. huuuuuu.
"Hei, apa kau benenan marah padaku?" tanya Steven saat mendapati Naira mengabaikannya dan justru malah dengan santai masuk kedalam rumahnya.
"Memangnya aku punya alasan apa untuk marah padamu?" Tanya Naira balik.
"Justru itu yang ingin ku tau" Balas Steven cepat. "Atau kau memang sudah mengetahuinya?" Sambung Steven Lirih nyaris tidak mendengar.
"Maksutmu?" Tanya Naira sambil berbalik.
Tapi steven justru terdiam. Mulutnya seakan terkunci rapat. Membuat Naira merasa jengah dan kembali berbalik kerumah.
"Maaf. Aku benar - benar minta maaf".
Suara lirih Steven menghentikan langkahnya.
"Untuk?" tanya Naira tanpa berbalik.
"Semuanya...".
Naira masih terdiam tanpa berbalik, menanti kelanjutan ucapan Steven yang masih belum ia ketahui arah dan maksutnya. Maaf?. Memangnya untuk apa?.
"Dan yang paling terpenting, Maaf, karena telah membiarkan jantung kakakmu. Seseorang yang paling kau sayangi, Seseorang yang kepergiannya paling tidak kau inginkan dalam hidup, untuk berdetak didalam tubuhku".
Dan detik itu juga Naira merasakan bahwa dunianya ...... Gelap!....
"As always" Gumamnya lirih. Sangat lirih....
To be continue lagi ya...
May be, tinggal dua atau tiga part lagi ending deh. Secara Part Endingnya cuma tinggal ngepos doank.....
Si irma aja juga udah baca no.... Bener gak oma.... Xi xi xi... Akhir kata, see you in next part ya.....
Bye bye
The first time i saw u
Awal pertama kenal sama kamu ♥
Dulu waktu pertama kenal kamu iku pas penutupan MOS SMP.
Dulu waktu pertama kenal kamu iku pas penutupan MOS SMP.
Waktu itu kan semua siswa baru dikumpulin dimusholla SMPN 1
BUDURAN. Nah waktu iku terus aku liat kamu buat yg pertama kalinya, aku
langsung tertarik sama kamu :3. Lalu aku bilang ke temenku :
S : R , anak ituloh manis ya
R : iyo muanis buanget Sil,
R : iyo muanis buanget Sil,
Blablabla, akhirnya bahas anak itu terus. Sampai” aku cari
tau loh dia anak kelas MOS apa, eh ternyata anak kelas R.A Kartini.
Keesokan harinya, R temenku mintain nomernya si DIA langsung
ke anaknya. Awalnya sih gak dikasih, tapi setelah temenku ngerayu dia eh
ternyata dikasih :D . waktu minta nomernya aku juga ada disitu, tapi aku diem
aja. ( maklum lah ya, dulu masih pendiem ) .
Aku langsung dikasih nomernya si DIA sama temenku itu. Pas
aku sms dibales sama dia, tapi pas temenku yg sms, no coment lah yaw :3
Pas smsan sama dia itu rasanya WOW bgt loh. Soalnya waktu
pertama liat dia itu gak mungkin bgt bisa dapet nomernya !
Setelah smsan beberapa minggu, akhirnya kita duekeeeet
banget. Manggilnya aja sampai kakak adek J
kita udah kayak sodara sendiri dan kayak udah lama kenal.
Tapi beberapa bulan kemudian DIA punya pacar -_- tapi awal-awal dia
punya pacar, perhatian dia gak berkurang kok sama aku. Bahkan dia sempet bilang
kalo “AKU SAYANG KAMU SAMA PACARKU DEK ”
.
Tapi gtw kenapa, beberapa bulan kemudian dia berubah sama
aku. Setelah aku intropeksi diri aku, mungkin pacar DIA bilang ke dia kalo aku
sama temenku ngehina pacarnya itu “21” . padalan aku gtw apa arti dari kata “21” itu, aku ngikutin temenku aja (masih
polos). Eh dianya cuek puol sama aku.
Tapi akhir2 semester kelas 7, aku mulai deket lagi sama dia.
Tapi ya gak sedeket kayak dulu lah ya. Mungkin dia masih agak marah sama aku
gara2 cewek yg dia sayangi aku ejek kayak gitu.
Sampai akhirnya kita gak pernah komunikasi lagi. Dan waktu
kelas 8, gtw smstr berapa. Aku HTS’an sama dia, itu rasanyaa :3 gak bisa
dijelasin deh. Mungkin ini jawaban atas do’aku kali yee hahaha.
Tapi akhirnya kita gak komunikasi lagi hanya karna hal
sepele -_- tapi aku udah tau persis sih sifatnya anak itu kayak gimana.
Tapi sekarang, kita udah mulai deket lagi. Yaa meskipun gak
kayak dulu, pokoknya yang penting masih ada komunikasi sama DIA . Aku gakmau pisah lagi
sama dia, aku suayang bgt sama dia. Aku udah ngaggep dia bagian dari hidupku,
sbg penyemangatku, sbg kakakku {}. Pokoknya bisa deket sama anak iku itu pengen
selamanya.
Dia itu type orang yg bisa dibilang Cueklah, tapi kalau dia
udah mood sama orang yang diajak ngobrol. Itu serunya mulai keliatan, sumpah
beta smsan sama dia. Serunya itu wow bgt :3. Dia juga suka bercanda, orangnya
asik, manis, unyuk, cakep, buaik, masih banyaklah J
Udah ah itu aja, maaf juga gak bisa sebut nama :D, itu
privasi. Dan itu ceritanya Cuma singkat aja, sebenernya kalau diceritain semua
bisabisa jadi Novel ntar. hahaha
Blog Archive
Followers
About Me
- Unknown